Postingan

TEKATKAN.! BIARLAH ALLAH YANG MENGATUR HIDUP INI | GURU KEHIDUPAN ABANG ...

Gambar

Kata Guru Kehidupan Rasi Kembangan

Gambar

Renugkanlah: Merasakan Kuasa Tuhan Setiap Diri | Guru Kehidupan Abang Bu...

Gambar

Info Seputar Panahan Indonesia

Gambar
NATUNATERKINI - Setelah mengenal sejarah olahraga panahan dunia, kini saatnya kami menyuguhkan sejarah olahraga panahan di Indonesia. Simak ulasannya berikut! Olahraga panahan di Indonesia pertama kali dipertandingkan secara resmi pada Pekan Olahraga Nasional (PON) 1948. Saat itu, olahraga ini menjadi salah satu cabang olahraga yang banyak menarik peserta sehingga dalam setiap kegiatan PON, cabor ini tidak pernah absen dalam kompetisinya. Melihat antusias yang besar serta tumbuhnya atlet dari cabang olahraga tersebut, akhirnya organisasi Persatuan Panahan Indonesia (Perpani) berdiri sebagai wadah bagi atlet panahan yang  terbentuk 12 Juli 1953 silam di Jogjakarta atas prakarsa Sri Paku Alam VIII. Atas prakarsanya tersebut, akhirnya Sri Paku Alam VIII menjabat sebagai Ketua Umum Perpani selama 24 tahun terhitung mulai dari 1953 hingga 1977. Setelah terbentuk organisasi resmi tersebut, akhirnya Perpani mengajukan diri sebagai anggota FITA (Federation Internationale de Tir

Rocky: "Pers Jadi Infus Penguasa!"

Gambar
Oleh M. Nigara Wartawan Senior Mantan Wasekjen PWI ROCKY GERUNG, hmmm! Dulu, saya pasti akan marah dengan semua paparan Rocky, dalam acara 212 award, Sabtu (5/1/19) di gedung Usmar Ismail Jakarta. Lebih dari lima menit ia melecehkan pers Indonesia. Padahal pers ikut memerdekan bangsa ini. Perjuangan pers juga begitu dahsyat ikut membentuk bangsa ini. Tapi memang, sekarang telah terjadi pergeseran sangat dramatis. Pers tidak lagi seperti dulu. Pers tidak lagi berjuang untuk rakyat. Pers (memang tidak seluruhnya) telah menjadi corong bagi penguasa. Pers telah menjadi infus penguasa. Untuk itu, sekali ini, tidak ada kemarahan sedikit pun pada RG, begitu saya menyingkat nama Rocky. Saya justru begitu bahagia dengan seluruh paparannya. Paling tidak bukan hanya saya yang merasakan keanehan dengan pers kita. Ada orang lain sekelas RG ikut merasakannya. Di luar sana, banyak kawan-kawan yang sejak dua atau bahkan empat tahun lalu berhenti berlangganan. Malah ada yang lebi

Perubah Hidup Pemulung Cilik

Gambar
Pagi hari yang cerah, matahari terbit di ufuk timur, sinar merah mudanya menyinari alam yang liar. Kusman terbangun dari tidurnya, lalu bergegas mempersiapkan pekerjaan yang ia lakukan setiap harinya. Di usia 10 tahun Kusman memilih menjadi pemulung yang mencari barang-barang bekas. Anak-anak se-usia Kusman saat pagi hari semestinya pergi ke sekolah, namun tidak untuk Kusman, ia telah putus sekolah karena masalah dengan biaya. Ia hidup bersama ibunya di sebuah rumah kecil yang kumuh di pinggiran ibukota, sedangkan bapaknya meninggal di saat Kusman masih balita. Kondisi ekonomi keluarga Kusman sangatlah memprihatinkan, ibunya bekerja sebagai buruh cuci yang penghasilannya tidak menentu setiap harinya. Keadaan inilah membuat Kusman memilih membantu ibunya memperbaiki ekonomi keluarga. “Mak, Kusman berangkat dulu”, kata Kusman sambil mencium tangan ibunya. “Hati-hati di jalan ya man”, jawab ibunya. “Asslamu’alaikum mak”, salam Kusman saat meninggalkan rumahnya. “Wa’alaikumsalam”, jawa

Ke Rumah Presiden

Gambar
Adik perempuanku selalu belajar dengan rajin. Ingin bertemu Presiden, katanya. Walaupun baru kelas III SD, setiap aku bangun pagi buta untuk belajar, Adik ngotot ingin belajar juga. Ketika aku tidak membangunkan karena tidak tega mengganggu tidur pulasnya, Adik malah marah besar bahkan disertai isak tangis. Entah apa motifnya. Karena ingin menyaingiku atau mungkin kata-kata Ayah yang telah memacu semangatnya. Waktu itu, satu tahun yang lalu saat Ayah baru pulang kerja. Seperti biasa, Ibu, Aku dan Adik menunggu Ayah tercinta di ruang tengah sambil nonton TV bersama. Saat Ayah memasuki ruangan, kami menyambut dengan bergantian menceritakan apa yang kami lakukan seharian itu. “Yah… tadi Kakak ketemu Bapak gubernur, Kakak juga bisa salim* sama foto-foto…” Senyum bangga Ayah membuatku yang meskipun telah memasuki kelas I SMA, semakin manja. “Eh iya, Kakak menang apa?” Tanya Ayah ramah. “Lomba Karya Tulis Ilmiah, Yah… Tingkat Provinsi… Seneng deh bisa ngobrol sama Bapak Gubernur langsung