Natuna Krisis Air Bersih, Dana Rp15 Miliar Untuk Perbaikan PAM, ‘Hanyut’



Sudah tiga minggu ini Natuna mengalami krisis air bersih, sehingga kegiatan warga untuk MCK (Mandi, Cuci, Kakus) maupun keperluan lainya menjadi sangat terganggu. Air PDAM sudah tiga minggu ini tidak mengalir ke rumah-rumah warga.


Sementara 150 KK lebih warga perkampungan Penagi yang bermukim di Pelantar Penagi, Ranai, sudah lama hidup dengan jatah air yang hanya 100 liter per KK/per hari, padahal warga menginginkan air dapat langsung didistirubusikan ke rumah-rumah warga.



Warga pun mempertanyakan dana Rp15 miliar yang telah digelontorkan APBD Natuna tahun 2010 kepada PDAM untuk memperbaiki instlasi airnya, namun kenyataanya, hingga kini, tidak ada sama sekali kegiatan perbaikan dan pembangunan yang dilakukan PDAM Ranai.


“Natuna dilanda krisis Air berkepanjangan, air sangat sulit didapati mengingat sumber Air dari PDAM tidak lagi mengalir ke rumah warga,” ujar Budi Hermanto salah seorang tokoh pemuda Tempatan kepada Wartawan.


Sementara itu sejak dua minggu terakhir, kata Budi, jaringan air milik pihak ketiga juga telah mandek. Padahal, kondisi tersebut bukan karena minimnya suplai air dari mata air Bukit Berangin, melainkan karena ditutupnya kran intake penyaluran.


Pihak ketiga yang dimaksud dalam hal ini adalah mantan Bupati Daeng Rusnandi kini mendekam di Penjara karena kasus Korupsi Dana Bagi Hasil Migas dan terseret permasalahan Lahan SMU 1 Natuna.


Saat ini, masyarakat hanya bisa gigit jari menyaksikan semburan air yang meletus ke langit di bagian belakang halaman kantor Bupati Natuna, sementara ke rumah warga tidak ada walau setetes ujarnya.


Dilain pihak, PDAM yang sudah menerima dana sebesar Rp15 milar, tidak melakukan pembangunan apa-apa untuk mengatasi krisis air tengah terjadi di Natuna.


“Dana tersebut dikemanakan oleh PDAM dan pemerintah,” tanya Budi Hermanto, Menurut Budi, jika sampai dana tersebut dikorupsi, maka para pejabat tersebut sungguh tega mempermainkan kebutuhan vital masyarakat, yaitu kebutuhan atas air bersih.


Pada saat menerima dana tersebut pada tahun 2010 lalu, para pejabat PDAM Tirta Nusa menyatakan optimismenya dapt mengatasi krisis air bersih di kabupaten Natuna.

Namun nyatanya, sampai saat ini tidak terlihat sama sekali optimisme tersebut, action saja tidak.


“Setelah menrima uang, suara pun menghilang, dan kita tunggu-tunggu pembangunan sarana air bersih, sampai hari ini tidak ada apa-apa,” tandas Budi Hermanto.
Selanjutnya Budi meminta pihak-pihak yang berkompetem untuk mengusut tuntas kasus ini.


“Kita berharap kasus ini dana Rp15 miliar tersebut dapat diusut. Masyarakat sudah geram dengan kepada PDAM dan kondisi krisis air bersih ini,” tegas Budi.


Hal senada disampaikan ramli, (35), warga Hangtuah. Ia mengatakan, tidak lancarnya aliran air di rumahnya sudah benar-benar menjengkelkan. Pasalnya, ia harus bangun pada malam hari demi menampung air bersih mengingat saat ini air hanya mengalir pada larut malam.



" Saya terpaksa bangun pada malam hari. Meskipun dalam keadaan mata mengantuk dan tubuh capek, hal ini terkapsa saya lakukan supaya bisa mendapatkan air bersih karena pada siang hari airnya tidak pernah keluar," ujarnya.



Ia mengatakan, melihat kenyataan ini ia pun mulai berpikir untuk membuat sumur bor. Upaya tersebut terpaksa dilakukan jika pasokan air selalu tersendat-sendat. Jika itu memang menjadi pilihan terbaik, ia pun tak masalah bila harus mengeluarkan uang lebih untuk membuat sumur bor.



" Rugi sedikit tak apa lah, dari pada terus-terus air tidak lancar begini. Kalau sekali-kali mungkin tak masalah, tapi ini keterusan, siapa yang tahan," katanya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cikunggunya menyerang warga natuna

Turis Kunjungi Sejumlah Wisata Anambas

Avatar yg dapat menguasai ke-4 elemen & membawa 'keseimbangan' dunia