PERKEMBANGAN TASAWWUF DI INDONESIA.
PERKEMBANGAN TASAWWUF DI INDONESIA.
Oleh : Hammad
I. MUQODDIMAH.
Segala puji bagi Allah Robb Semesta Alam. Sholawat
dan salam kita haturkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad Sholallahu 'alaihi wa sallam, keluarganya
dan shahabat-shahabatnya serta para pengikutnya yang
istiqomah sampai hari qiamat.
Indonesia adalah negara yang di kenal dunia dengan jumlah penduduknya yang manyoritas beragama muslim. Namun dibalik jumlah yang menakjubkan ini banyak yang merasa terpana dengan rialita kehidupan masyarakatnya. Mulai dari gaya berpakaiannya, akhlaqnya, cara berbicaranya dan cara beribadah yang sekian ragam bentuknya.
Indonesia adalah negara yang di kenal dunia dengan jumlah penduduknya yang manyoritas beragama muslim. Namun dibalik jumlah yang menakjubkan ini banyak yang merasa terpana dengan rialita kehidupan masyarakatnya. Mulai dari gaya berpakaiannya, akhlaqnya, cara berbicaranya dan cara beribadah yang sekian ragam bentuknya.
Kebanyakan ajaran-ajaran yang berkembang di
Indonesia sekarang bukanlah sebagaimana ajaran yang
di bawa Rosulullah ketika itu, sudah banyak
penyelewengan yang terjadi, salah satunya adalah
berkembangnya ajaran tasawwuf yang cukup menjamur di semua kalangan.
Mulai dari kalangan elit, selebritis, sarjana, sampai
kepada buruh. Artinya ajaran ini memang sangat pesat
perkembangannya. Bannyak komentar dan alasan mereka
"saya resah, saya menemukan problem, saya setres,
saya banyak masalah, hati saya kotor maka saya
belajar tasawwuf agar memperoleh ketenangan" dengan
segudang alasan itulah mereka berbondong-bondong mengikuti kajian-kajian
tasawwuf, hingga perkumpulan tasawwuf atau tarekat
tidak kekurangan jamaah sehingga mereka tinggal
memilih yang cocok dengan selera mereka. Namun kita
perlu mengingat-ingat kembali perkataan seorang
ulama' Muhammad bin Idris as Syafi'I, beliau berkata : "Tidaklah
seorang yang berakal itu masuk ke dalam ajaran tasawwuf pada
permulaan siang kecuali ia telah gila ketika masuk
waktu sholat asar" ( al Jihad wal Ijtihad:216).
Artinya begitu bahanya ajaran ini terhadap keyakinan
manusia sehinga di gambarkan bahwa orang yang masuk
mengikuti ajaran tasawwuf di pagi hari di sore hari
ia telah manjadi gila.
Kali ini kami berusaha menampilkan sebuah makalah yang berjudul "Perkembangan Tasawwuf di Indenesia".
Kali ini kami berusaha menampilkan sebuah makalah yang berjudul "Perkembangan Tasawwuf di Indenesia".
II. SEKILAS ANTARA TAREKAT DAN TASAWWUF
Tarekat
berasal dari lafadz arab thariqah artinya jalan.
Kemudian mereka maksudkan sebagai jalan menuju Tuhan,
ilmu batin, tasawwuf.
Perkataan tarekat (jalan bertasawwuf yang bersifat praktis) lebih dikenal ketimbang tasawwuf, khususnya dalam kalangan para pengikut awam yang merupakan bagian terbesar.
Perkataan tarekat (jalan bertasawwuf yang bersifat praktis) lebih dikenal ketimbang tasawwuf, khususnya dalam kalangan para pengikut awam yang merupakan bagian terbesar.
Tarekat tidak membicarakan filsafat tasawwuf, tetepi
merupakan amalan (tasawwuf) atau prakarsanya.
Pengamalan tarekat merupakan suatu kepatuhan secara
ketat kepada peraturan-peraturan syariat islam dan
mengamalkannya dengan sebaik-baiknya, baik yang bersifat
ritual maupun sosial, yaitu dengan menjalankan praktek-praktek
dan mengerjakan amalan yang bersifat sunnah, baik sebelum
maupun sesudah sholat wajib, dan mempraktekkan
riyadhoh. Para kiai menganggap dirinya sebagai ahli
tarekat. (Tasawwuf Belitan Iblis : 119)
III. MACAM-MACAM TAREKAT.
1. Tarekat Hadadiyah.
Tarekat yang didirikan oleh Habib Abdullah bin Alwi Al Hadad yang wafat thn 1095 M di Yaman. Banyak orang yang takut ikut tarekatnya berhubung ratibnya yang terkenal, Ratib al hadad, dipercayai sebagai doa selamat yang bermantra. Pengaruhnya tak hanya di Aceh, tapi hampir di seluruh negara Indonesia.
Tarekat yang didirikan oleh Habib Abdullah bin Alwi Al Hadad yang wafat thn 1095 M di Yaman. Banyak orang yang takut ikut tarekatnya berhubung ratibnya yang terkenal, Ratib al hadad, dipercayai sebagai doa selamat yang bermantra. Pengaruhnya tak hanya di Aceh, tapi hampir di seluruh negara Indonesia.
2. Tarekat Khalwatiyah.
Tarekat yang di propagandakan dalam abad -18 oleh Syaikh Musthofa al Bakri di Mesir dan Suriah. Salah seorang tokoh tarekat ini ialah Ahmad At Tijani yang berasal dari Aljazair.
Tarekat yang di propagandakan dalam abad -18 oleh Syaikh Musthofa al Bakri di Mesir dan Suriah. Salah seorang tokoh tarekat ini ialah Ahmad At Tijani yang berasal dari Aljazair.
3. Tarekat Mu'tabaroh Nahdliyin.
Para kiai pada tanggal 10 Oktober 1957 M mendirikan suatu badan federal bernama Pucuk Pimpinan Jam'iyah Ahli Tarekah Mu'tabaroh, sebagai tindak lanjut keputusan Muktamar NU 1957 di Magelang. Belakangan dalam muktamar NU 1979 di Semarang ditambahkan kata Nahdliyin, untuk menegaskan bahwa badan ini tetap berafiliasi kepada NU.
Para kiai pada tanggal 10 Oktober 1957 M mendirikan suatu badan federal bernama Pucuk Pimpinan Jam'iyah Ahli Tarekah Mu'tabaroh, sebagai tindak lanjut keputusan Muktamar NU 1957 di Magelang. Belakangan dalam muktamar NU 1979 di Semarang ditambahkan kata Nahdliyin, untuk menegaskan bahwa badan ini tetap berafiliasi kepada NU.
Dalam anggaran dasarnya dinyatakan bahwa badan ini
bertujuan :
a. meningkatkan pengamalan syareat islam di kalangan masyarakat.
b. Mempertebal kesetian masyarakat kepada ajaran-ajaran dari salah satu madzhab yang empat.
a. meningkatkan pengamalan syareat islam di kalangan masyarakat.
b. Mempertebal kesetian masyarakat kepada ajaran-ajaran dari salah satu madzhab yang empat.
c. Menganjurkan para anggota agar meningkatkan amalan-amalan ibadan dan mu'amalah, sesuai dengan yang dicontohkan ulama' sholihin.
Alasan ulama' mendirikan badan federasi ini adalah :
1. untuk membimbing organisasi-organisasi tarekat yang dinilai belum mengajarkan amalan-amalan yang sesuai dengan Al Qur'an dan hadist.
2. Untuk mengawasi organisasi-organisasi tarekat agar tidak menyalahgunakan pengaruhnya untuk kepentingan yang tidak di benarkan oleh ajaran-ajaran agama.
4. Tarekat Maulawiyah.
Tarekat yang didirikan oleh Maulawi Jalaluddin Ar Rumi, meninggal dunia di Anatolia, Turki. Dzikirnya disertai tarian mistik dengan cara keadaan tak sadar, agar dapat bersatu dengan Tuhan. Penganut-penganutnya bersifat pengasih dan tidak mengharapkan kepentingan diri sendiri, serta hidup sederhana menjadi teladan bagi orang lain.
5. Tarekat Naqsabandiyah.
Tarekat ini mula-mula didirikan di Turkistan oleh Bahiruddin Naqsyabandy (sumber lain menyebutkan, Muhammad bin Muhammad Baharuddin Al Bukhori 1317-1389 M, bukan imam Al Bukhori perowi hadits), dan di Indonesia tarekat yang paling berpengaruh. Pimpinannya Ulaiman Effendi, mempunyai markas besar yang terletak di kaki gunung Abu Qubbais di pinggiran kota Makkah. Pengikut-pengikutnya kebanyakan dari Turki, dan wilayah-wilayah Hindia Belanda dulu, serta dibekas jajahan Inggris di daerah Melayu.
Pada umumnya tarekat ini paling banyak pengikutnya
di Jawa sejak abad ke-19 sampai saat ini. Terekat ini
adalah tarekat terbesar di dunia, juga di
Indonesia,dan di anggap paling terawat baik. Ada
seleksi untuk jadi pengikutnya. Markasnya di Jawa ada di
Jombang, Semarang dan Sukabumi serta Labuhan Haji (Aceh) di
Pesantren Syaikh Waly, Khalidi.
6. Tarekat Qadariyah.
Asal mulanya di Baghdad, dan dipandang paling tua. Pendirinya ialah Syaikh Abdul Qadir al Jailani (1077-1166 M). Mula-mula ia seorang ahli bahasa dan fiqih dari Madzhab Hambali.
Pelajaran tarekat Qadariyah tidak jauh berbeda dari
pelajaran islam pada umumnya. Hanya saja tarekat ini
mementingkan kasih sayang terhadap semua makhluq,
rendah hati dan menjahui fanatisme dalam keagamaan
maupun politik. Keistemewaan tarekat ini ialah dzikir
dengan menyebut-nyebut nama Tuhan. Kaum Qadariyah terlalu
menyamakan Tuhan dengan manusia. Paham Qadariyah pada hakikatnya
adalah sebagian dari paham Mu'tazilah, karena
imam-imamnya dari Mu'tazilah.
Ada anggapan bahwa membaca Manaqib Syaikh Abdul
Qadir Jailani pada tanggal 10 malam tiap bulan bisa
melepaskan kemiskinan. Karena itu manaqibnya popular
baik di Jawa maupun di Sumatra.
Kadangkala tarekat ini digabung dengan Naqsabandiyah menjadi terekat Qadiriyah Naqsabandiyah. Seperti halnya di Suryalaya (Tasikmalaya Jawa Barat, dipimpin Abah Anom yang sering dikunjungi Harun Nasutiaon, Dan Jombang (Jawa Timur).
7. Tarekat Qadariyah Naqsabandiyah.
Gabungan ajaran dua terekat, yaitu tarekat Qadariyah dan tarekat Naqsabandiyah, pendirinya Syaikh Khotib Sambas. Tarekat ini merupan sarana yang sangat penting bagi penyebaran agama islam di Indonesia dan Malaya dari pusatnya di Makkah antara pertengahan abad ke-19 sampai dengan perempatan pertama abad ke-20.
8. Tarekat Rifaiyah.
Didirikan oleh Syaikh Ahmad bin Ali Abul Abas (wafat 578 H/1183 M). Syaikh Ahmad yang konon guru Syaikh Abdul Qadir jailani, begitu asyik berdzikir hingga tubuhnya terangkat keatas angkasa. Tangannya menepuk-nepuk dadanya. Kemudian Allah memerintahkan kepada bidadari-bidadari untuk memberinya rebana di dadanya, daripada menepuk-nepuk dada.
Tapi syaikh Ahmad tidak ingat apa-apa, begitu khusuknya, sehingga ia tidak mendengar suara rebananya yang nyaring itu. Padahal seluruh dunia mendengar suara rebana itu.
Terakat
ini agak fanatik dan anggotanya dapat melakukan
hal-hal yang ajaib, misalnya makan pecahan kaca,
berjalan di atas api, dan sebagainya. Rifaiyah, yang
memang merinci tarekatnya dengan rebana, di Acah dulu
pernah berkembang besar dan disebut Rapa'I sudah
sulit mencarinya yang asli, yang masih berpegang teguh
pada ajaran.
9. Tarekat Samaniyah.
Tarekat yang dikenal di Jawa Barat dan Aceh, didirikan oleh Syaikh Muhammad Saman dari Madinah, Arab Saudi yang wafat tahun 1702 M. Manaqib (riwayah hidup) Syaikh Saman banyak di baca orang yang mengharap berkah. Manakib itu ditulis oleh Syaikh Siddiq al madani, murid beliau.
Disitu
tertulis "barang siapa berziyarah kemakam Rosulullah
tanpa meminta izin kepada Syaikh Saman ziarahnya
sia-sia. Juga disebutkan "siapa yang menyeru nama
Syaikh tiga kali, hilang kesedihannya. Siapa yang
makan makanannya masuk surga. Siapa yang berziarah
kemakamnya serta membaca doa-doa untuknya, diampuni dosanya.
Tarekat Saman sekarang menjadi tari Seudati di Aceh. Dzikir
Saman mulanya hampir sama dengan dzikir-dzikir yang lain.
Namun kemudian berkembang menjadi dzikir yang
ekstrim.
10. Tarekat Sanusiah.
Tarekat yang didirikan oleh Syaikh Muhammad bin Ali as Sanusi, tahun 1837 M, di Aljazair, meninggal dunia tahun 1957 M. pusat tarekat ini di Libia.
11. Tarekat Siddiqiyah.
Asal usul tarekat ini tidak begitu jelas, dan tidak terdapat di negara-negara lain. Muncul dan berkembang di Jombang, Jawa Timur, dimulai oleh kegiatan Kiai Mul\khtar Mukti yang mendirikan tarekat ini tahun 1953.
12. Tarekat Syattariah.
Tarekat yang dibangun oleh Syaikh Abdullah Syattari di India. Tarekat ini di Jawa masih ada, misalnya di sekitar Madiun. Di Aceh dulu mengalami puncaknya di zaman Sultanah (ratu) Safiatuddin. Tarekat ini dibawah oleh Syaikh Abdurrouf Singkil yang kemudian menggelar Syiah Kuala.
13. Tarekat Syaziliah.
Tarekat yang didirikan oleh Ali As Syazili, terdapat
di Afrika Utara, Arab dan Indonesia, walaupun tidak
luas tersebarnya dan pengaruhnya relative kecil.
14. Tarekat Tijaniyah.
Tarekat yang didirikan oleh Ahmad at Tijani. Tarekat ini dengan cepat meluas di Afrika Barat dan dinegara-negara lain, diantaranya Indonesia. Di Afrika tarekat ini telah banyak yang mengislamkan orang-orang Negro.
15. Tarekat Wahidiyah.
Tarekat yang ini didirikan oleh Kiai Majid Ma'ruf di Kedonglo, Kediri Jawa Timur, 1963 M. Teoritis tarekat ini terbuka sifatnya, karena orang tidak usah mengucapkan sumpah untuk menjadi anggota, siapa saja yang mengamalkan Dzikir salawat Wahidiyah sudah dianggap sebagai anggota. Motivasi mendirikan tarekat ini adalah meningkatkan ketaatan orang islam kepada perintah-perintahagama. Pendirinya menganggap masyarakat Jawa dewasa ini mengalami kekosongan agama dan kejiwaan. Itulah sebabnya ia mengajak masyarakat islam agar meningkatkan ketaqwaannya kepada Tuhan dengan setiap kali mengucapkan dzikir, ( fafirruu ila llaha ) "marilah kita kembali kepada Allah" (lihat Tasawwuf Belitan Iblis hal:119-127)
Namun perlu di ketahui bahwa macam-macam tarekat ini tidak semua ada di Indonesia, hanya saja ada kesamaan-kesamaanya.
IV. AWAL MUNCULNYA TASAWWUF DI INDONESIA
Menelusuri
mewabahnya aliran ini di Indonesia, maka hal ini
tidak lepas dari pada peran andil orang-orang yang
melakukan study ( belajar ) ke negara Timur tengah.
Lebih khusus lagi adalah Arab Saudi yang pada waktu
itu belum diwarnai dengan gerakan tajdid (pembaharuan)
yang dipelopori oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab ( Beliau
lahir pada tahun 1115 H / 1695 M dan meninggal pada tahun
1206 H / 1786 M ).
Diantara para pelopor
berkembangnya aliran tasawuf di Indonesia,
sebagaimana yang disebutkan dibeberapa literatur
diantaranya adalah : Nuruddin Ar Raniri ( wafat tahun 1658 M
),Abdur Rouf As Sinkili (1615 -1693 M ), Muhammad Yusuf Al
makkasary ( 1629-1699 M ).
Mereka ini belajar di kota Makkah dan melakukan
kontak keilmuan dengan para Syuyukh dari mancanegara
yang bermukim di kota Makkah. Diantara para syuyukh
itu adalah Ahmad Al Quraisy, Ibrohim Al Kuroni dan
Muhammad Al barzanji.
Abdurrouf Assinkili setelah belajar beberapa lama kemudian diangakat sebagai kholifah Tarekat Syatariyah oleh Muhammad Al Quraisy. Dirinya kembali ke Aceh setelah gurunya meninggal .
Abdurrouf Assinkili setelah belajar beberapa lama kemudian diangakat sebagai kholifah Tarekat Syatariyah oleh Muhammad Al Quraisy. Dirinya kembali ke Aceh setelah gurunya meninggal .
Keberadaanya
di tanah Aceh cukup dipandang oleh para penduduk bahkan
dijadikan sebagai panutan dimasyarakat, bermodal
kepercayaan yang telah diberikan masyarakat kepadanya
serta kegigihan murid-muridnya, maka dengan mudahnya
ia berhasil mengembangkan ajaran Thariqot sufiyahnya
dengan perkembangan yang sangat pesat hingga paham
itu tersebar sampai ke Minang kabau ( Sumatra Barat ). Salah
satu murid Abdur Rouf as Sinkili yang berhasil menyebarkan paham
ini adalah Burhanuddin.
Setelah meninggal kuburan Burhanuddin ini menjadai
pusat ziarah dimana para penziarah itu melakukan
praktek peribadatan yang aneh. Timbulnya aliran yang
aneh ini menimbulkan pertentangan yang tajam,
terutama setelah beberapa orang yang datang dari Arab
Saudi yang pada waktu itu sudah terwarnai dengan aliran
pembaharuan ( Ahlusunnah wal jama'ah ) yang dibawa oleh Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahab .
Pertentangan ini berlanjut yang
pada akhirnya pecah perang PADRI . Demikianlah jejak
pemahaman yang ditinggalkan oleh As Sangkili yang
berkembang pesat ditanah Minang yang terkenal dengan
religiusnya itu.. As Sankili meningggal dan
dikuburkan di Kuala, mulut sungai Kapuas. Tempat tersebut
kini menjadi tempat ziarah yang banyak dikunjungi banyak orang.
Sedang Muhamad Yusuf Al Makasary setelah bertemu
dengan gurunya yakni Syaikh Abu Barakat Ayyub bin
Ahmad bin Ayyub Al Kholwati Al Khurosy As Syami Ad
Dimasqy, kemudian diberi otoritas untuk menjadi
kholifah bagi aliran Thariqot Kholwatiyah dan diberi
gelar dengan Taj Al Kholwati ( Mahkota Kholwati ). Setelah kembali
ke Aceh ia pun mulai mengembangkan paham Kholwatiyah
ditanah Rencong ini.
Adapun Nuruddin Muhammad bin Ali bin Muhammad Ar
Raniri masuk ketanah Aceh pada masa ke,kuasaan sultan
Iskandar Muda. Pada masa itu yang berperan sebagai
mufti kerajaan adalah Syamsudi As Sumatrani, putra
kelahiran Aceh yang diberi gelar ulama' dan
berpemahaman Sufi Wujudiyah.
Dikarenakan kedudukan yang
disandangnya cukup strategis, maka dengan mudah ia mengembangkan
paham yang dianutnya itu. Syamsudin ini bekerjasama
dengan Hamzah Fansuri, seorang ulama' yang banyak
mengekspresikan pemahamannya melalui keindahan kata (
prosa ).
Dan dari beberapa catatan literatur diperoleh
informasi, bahwa orang-orang Indonesia dan Melayu
yang study di Timur Tengah, kemudian pulang ke
Nusantara dan menyebarkan ajaran tasawwuf (tarekat)
masih banyak lagi.
Ada beberapa nama yang perlu di
sebutkan disini mengingat keterkaitannya dalam penyebaran tarekat
di Indonesia yang hingga sekarang ajarannya masih berujud.
Mereka adalah Abdus Shomad al Palimbani dan Muhammad
Arsyad al Banjari (1710,1812 M). Nama terakhir ini
termasuk yang mamapu merombak wajah Kerajaan Banja di
Kalimantan Selatan. Bahkan karya bukunya yang banyak
dikaji di beberapa wilayah Indonesia dan Asia Tenggara,
Sabil Al Muhtadiin, kini diabadikan sebagai nama masjid besar
di Kota Banjar Masin.
Abdus Shomad al Palimbangi, Muhammad Arsyad al
Banjary serta dua rekan mereka, Abdul Wahab ( Sulsel )
dan Abdurrohman ( Jakarta ) merupakan orang-orang
Tarekat yang berguru kepada Syaikh Muhammad As Saman,
selain itu tersebut pula nam-nama lainnya sepeti Nawawi
Al Bantani ( 1230 -1314 M ), Ahmad Khotib As Sambasi, Abdul
Karim Al Bantani , Ahmad Rifa'I Kalisasak, Junaid Al batawy,
Ahmad Nahrowi Al Banyumasi ( wafat 1928 M ), Muhammad
Mahfudz At Termasi ( 1842- 1929 M ), Hasan Musthofa
Al Garuti ( 1852-1930 M )dan masih bannyak lagi yang
lainnya.
Sebagian besar dari mereka pulang kembali
dan menyebarkan ajarannya di Indonesia .namun
demikian, tidak semua orang yang belajar ditanah Arab
kembali dengan membawa ajaran baru atau terperangkap dalam pemahaman
tasawuf, Ahmad bin Khotib bin Abdul Latief Al
Minangkabawi ( 1816-1916 M ) adalah salah satu
contohnya.
Beliau inilah yang mula-mula berani
menyatakan pendiriannya membatalkan amalan-amalan
ahli tarekat, terutama sekali tarekat Naqsabandiyah yang selalu
menghadirkan Syaikhnya dalam ingatan saat ber "Tawwajjuh".
Syaikh Ahmad bin Khotib memfatwakan kepada ummat untuk
kembali kepada ajaran Islam yang benar menurut Al
Qur'an dan As Sunnah serta menghindarkan diri dari
perbuatan syirik dan mengharamkan penghadiran guru
ketika beribadah sebagaimana yang telah banyak
dilakukan oleh para penganut tarekat Naqsabandiyah .
Pendapat yang berkembang dikalangan Ahlu Tarekat,
dewasa ini di Indonesia bekembang dua macam kelompok
tarekat, yaitu tarekat mu'tabarah dan ghairu
mu'tabarah. Beberapa kelompok yang tergolong
mu'tabarah seperti; Qodariyah, Naqsyabandiyah, Tijaniyah, Syathariyah,
Syadzaliyah, Khalidiyah, Samaniyah dan Alawiyah.
Dari
sekian banya Thariqot mu'tabarah (berdasarkan
muktamar NU di pekalongan tahun 1950, dinyatakan 30
macam Thariqot yang di nilai mu'tabarah ), Thariqot
Naqsabandiyah - Qodariyah merupakan yang terbesar.
Tarekat Qodariyah Naqsyabandiyah cukup meluas
perkembangannya. Di Jawa Barat salah satu pusat
penyebaran adalah di pesantren Suryalaya,
Tasikmalaya, yang kini dipimpin Kiai Shahibul Wafa'
Tajul Arifin alias Abah Anom. Berdasar silsilah, keberadaan
Tarekat Qodariyah-Naqsabandiyah di Pesantren Suryalaya, berasal
dari Mursyid Ahmad Khatib As-Sambasi.
Mursyid satu ini
memiliki tiga orang murid yang bernama Syaikh Abdul
Karim Al-Bantani, Syaikh Khalil Bangkalan dan Syaikh
Thalhah dari kali sapu, Cirebon, dari Syaikh Thalhah
inilah Abah Sepuh ( ayah abah anom ) menerima
estapeta Tarekat Qodariyah-Naqsabandiyah dan dari Abah Sepuh
lantas di turunkan kepada putranya, Abah Anom hingg sekarang.
Selain ragam tarekat yang telah disebutkan dimuka,
masih banyak lagi bentuk-bentuk tarekat yang kini
berkembang di indoanesia. Di jawa barat berkembang
Tarekat Idrisiyah, Qodaryah-Idrisiyah, Syathariyah,
Syathariyah-Muhammadiyah, Tarekat Lahir Bathin dan
Tarekat Tijaniyah.
Nama Tarekat terakhir ini salah satu
pusat penyebarannya adalah di Cirebon adapun di Sumatera Selatan
berkembang Tarekat Shalawah. Di Jambi selain
Naqsyabandiyah juga berkembang Tarekat Mufaridiyah.
Sedang di Kalimantan Selatan berkembang Tarekat
Qadariyah-Nadsabandiyah serta di sulsel Tarekat
Khalwatiyah Saman.
Demikian secara ringkas kita dapat mengetahui dan
memahami penyebaran dan perkembangan syiar tashawuf
di negeri ini, dan beberapa hari yang lalu kita juga
telah kedatangan pemimpin Tarekat Naqsabandiyah
Haqqani, Syaikh Nazim Adil Haqqani. Dia merupakan Mursyid ke-40
dalam mata rantai Tarekat Naqsyabandiyah Haqqani. Ia
ditahbiskan sebagai Mursyid pada tahun 1973
menggantikan Abdullah Faiz Ad Daghestani.
(Koran Republika, 28 April 2001 M, nomor 110 thn ke-9, Lihat Majalah As Sunnah, Edisi 170/ ThKe-2 )
V. PERKEMBANGAN TASAWWUF MASA KINI
Dalam
dasawarsa terakhir ini, komunitas sufi mewarnai
kehidupan perkotaan. Tak sedikit dari kalangan
eksekutif dan selebriti menjadi peserta kursus atau
terlibat dalam suatu kamunitas tarekat tertentu.
Alasan mereka mencebur kesana memang beraneka ragam. Misalnya,
mengejar ketenangan batin atau demi menyelaraskan kehidupan
yang gamang.
Secara antoprologis, sufisme kota di kenal sebagai
trend baru di Indonesia sepanjang dua dekade ini.
Sebelumnya, sufisme lebih dikenal sebagai gejala
beragama di pedesaan. Sufisme kota, kata Muslim
Abdurrohman, bisa terjadi minimal karena dua hal: pertama
: hijrahnya para pengamal tasawwuf dari desa ke kota, lalu
membentuk jamaah atau kursus tasawwuf.
Kedua :
sejumlah orang kota bermasalah tengah mencari
ketenangan ke pusat-pusat tasawwuf di desa. Adapun
sufisme secara sederhana didifinisikan sebagi gejala minat masyarakat
pada tasawwuf. Sufisme adalah istilah yang popular
dalam literatur barat (Sufism), sedangkan dalam
literatur arab dan indonesia hingga 1980-an adalah
tasawwuf.
Derektur Tazkia Sejati Jalaluddin Rakhmat,
berpendapat bahwa sufisme diminati masyarakat kota
sebagai alternatif terhadap bentuk-bentuk keagamaan
yang kaku. Sufisme juga menjadi jalan untuk
pembebasan.
Azyumardi Azra, Rektor IAIN Jakarta, telah memetakan
dua model utama sufisme masyarakat kota dewasa ini.
Pertama : sufisme kontemporer (biasanya berciri
longgar dan terbuka siapapun bisa masuk) yang
aktivitasnya tidak menjiplak model sufi sebelumnya.
Model ini dapat dilihat dalam kelompok-kelompok pengajian eksekutif,
seperti Paramadina, Tazkia Sejati, Grend Wijaya.dan
IIMaN. Model ini pula yang berkembang di
kampus-kampus perguruan tinggi umum. Kedua : Sufisme
konvesionel.
Yaitu gaya sufisme yang pernah ada
sebelumnya dan kini diminati kembali. Model ini adalah yang
berbentuk tarekat (Qadiriyah Wa Naqsabandiyah, Syatariyah,
syadzziliyah, dan lain-lain), ada juga yang
nontarekat (banyak di anut kalangan Muhammadiyah yang
merujuk tasawwuf Buya Hamka dan Syekh Khatib
al-Minangkabawi).
Asep Usman Ismail, kandidat doktor bidang tasawwuf
dari IAIN Jakarta, menilai bahwa tasawwuf model
tarekat lebih di terima di kalangan menengah kebawah.
Sementara kalangan menengah keatas cenderung memilih
tasawwuf nontarekat".
"Tasawwuf yang diminati masyarakat kota jelas model tarekat" kata Asep. Mereka tidak berorientasi pada tasawwuf klasik, seperti model tarekat dengan segala riyadhonya (pelatian). Itu tidak di minati kecuali tarekat yang bisa menyesuaikan dengan suasana perkotaan", ia menambahkan.
Bentuknya tentu yang singkat, esensial, dan instant.
Dunia tasawwuf bagi masyarakat kota, semacam obat
gigi "saya resah, saya menemukan problem, saya
setres, maka saya belajar tasawwuf agar memperoleh
ketenangan", ujar Asep, menirukan keluhan para
pengikut tarekat di kalangan perkotaan itu.
Asep juga menilai, dari lima komponen tarekat :
mursyid, murid, wirid, tata tertib, dan tempat, yang
paling berat bagi masyarakat kota adalah wirid dan
tata tertib. Adapun tata tertib yang paling tidak
masuk dalam logika orang modern adalah baiat kesetiaannya
kepada guru.
"Mereka ingin bebas tanpa baiat, dan tak mau
terjebak kultus", kata Asep. Orang-orang kota juga tidak
berminat pada zikir yang panjang-panjang, apalagi harus
berpuasa. ( lihat Majalah Gatra, hal : 65-67, edisi
30 September 2000 M ).
VI. KELOMPOK PENGAJIAN TASAWWUF
Banyak
orang percaya bahwa manusia itu bisa bermesraan
dengan Tuhan. Dalam terekat hubungan semacam ini di
sebut dengan Fana. Berikut ini beberapa contoh
kelompok pengajian sufi :
a. Yayasan Wakaf Paramadina
Paramadina berdiri 31 oktober 1966 M. lembaga ini lebih mirip kelompok diskusi. Sasarannya masyarakat menengah atas di Jakarta. Ini sesuai dengan letak kantornya, di kawasan elite pondok Indah Plaza, Jakarta selatan.
Paramadina berdiri 31 oktober 1966 M. lembaga ini lebih mirip kelompok diskusi. Sasarannya masyarakat menengah atas di Jakarta. Ini sesuai dengan letak kantornya, di kawasan elite pondok Indah Plaza, Jakarta selatan.
Nur Cholis Majid pendirinya, sejak awal
bermaksud mendirikan sebuah kelompok yang terbuka. Persisi dengan
karekter Nurcholis sendiri.
Untuk itu, Paramadina menawarkan paket kajian agama
dengan lingkup yang luas. Tapi, berdasar pengalaman,
pelajaran tasawwuf lebih mengikat anggota. Pesertanya
rata-rata 40 orang. Namun kalau pas lagi
membicarakan tasawwuf, yang hadir sampai 120 orang.
Mereka adalah (menyetir istilah paramadina) "kelompok penentu
kecenderungan".
Mereka yang gandrung sufi bisa ikut Paket Study Islam. Pertemuan berlangsung seminggu sekali, dosennya berganti-ganti. Yang dibahas misalnya, pengantar study tasawwuf, konsep insan kamil, dimensi mistik dan akhlak dalam islam.
Namanya juga diskusi, antara
satu dosen dengan dosen yang lain sering berbeda.
Misalanya, ada yang pro tarekat, ada yang kontra.
Lumrah.
Tasawwuf biasanya di ajarkan melalui tujuh
pertemuan, perjumpaan terakhir berisi pratikum,
dipimpinAsep Usman Ismail. Semula, praktikum itu
berupa kunjungan kepondok Pesantren Suryalaya, jawa
barat.
Berangkat sabtu pagi dan kembali ke Jakarta Minggu
sore. Belakangan, karena kesulitan teknis, guru-guru Suryalaya
lah yang diundang ke paramadina.
Nurcholis mewanti-wanti, pelajaran tasawwuf tidak
boleh menjelma menjadi tarekat tertentu, "itu sudah
menyimpang dari gaya paramadina yang terbuka dan
independent" katanya.
b. Majlis Taklim Hajjah Henny.
Meskipun jauh dari kota besar, H. Henny Uswatun Hasanah berpikiran modern. Ia mendirikan kelompok sufi yang jauh dari kesan dekil. Rumahnya lumayan bagus di desa Tegaltirto, Brebah, Sleman, Yogyakarta.
Tempat tingganya itu, selain buat pengajian, juga merangkap
tempat usaha border dan catering.
Jamaahnya mencapai 2.500 orang, dari semarang,
Temanggung serta Yogyakarta. Tiap sore, Henny selalau
menerima tamu. Ada yang khusus mengaji, tapi tak
sedikit yang ingin berobat. Malam hari, bersama
jamaahnya Henny mengadakan salat tahajud. Setiap sabtu
pahing siadakan pengajian rutin.
Khusus pada malam jum'at dilakukam
kegiatan istighfar, mulai pukul 22.00 WIB hingga subuh.
Kemampuan mengobati orang ini diperoleh Henny saat
naik haji. Ketika di Mekkah persisnya di dekat sumur
Zam-zam, tiba-tiba dirinya dirangkul seorang wanita.
Wanita itu mengelus-elus kepala Henny. Lalu kepala
Henny di taruh dibawah ketiak wanita mestirius
tersebut.
Kisah ghaib lain adalah kala Henny berada di Masjid
Nabawi, seusai sholat isya', dia melihat dua bulatan
sinar keluar dari makam Nabi Muhammad Sholallahu
'alaihi wasallam. "sejak itu, saya merasa bisa
menolong sesama", kata ibu lima anak itu. Dan
terbukti kebenarannya, tentunya dengan seizing Allah.
c. Tarekat Naqsabandy Khalidiyah.
Tarekat Naqsabandy sangat terkenal. Anggotanya puluhan ribu orang dari Tulung agung, Blitar, Nganjuk, Surabaya, Malang, Semarang,Jakarta, dan bahkan dari beberapa kota di Sumatra. Yang berminat menekuni naqsabandy harus menghadap KH. Bastomi, pemimpin tarekat atau yang disebut mursyid itu.
Setelah pendaftar terkumpul dua ratus orang, mereka
wajib datang sesuai dengan waktu yang di tentukan.
Jamaah baru itu digembleng selama dua puluh hari.
Peserta wajib mondok. Pengajian dimulai selasa pagi,
diawalai dengan pembaitan.
Jamaah duduk tawaruk di
sekeliling ruangan, sementara KH. Bastomi berada paling depan.
Satu persatu mereka bersumpah dengan bimbingan mursyid.
Selesai disumpah, jamaah harus mengikuti pengajian
sufi setiap selasa dan jum'at pagi.
Setelah tahu arti tarekat, jamaah membaca wirid Ismu
Dzat menurut tingkatan masing-masing. Ada tiga
kelas, yang pemula membaca 5.000 kali sehari,
sedangkan yang paling senior sampai 9.000 kali.
Mereka membaca dzikir, tahlil, dan asmaul husna. Wirid
dilaksanakan usai sholat fardhu.
Selama mondok peserta harus mengurangi tidur, tak
bicara di luar keperluan, tidak makan sesuatu yang
berbahan dasar ikan atau binatang.
Lebih dianjurkan
jika berpuasa, namun ini tak wajib. Nafsu sexsual
harus di kekang selama mengikuti acar, walaupun
bercampur dengan istri sendiri. Setelah pemondokan
itu selesai, wirid wajib di baca di rumah masing-masing.
Kata KH Bastomi, wiridan merupakan cara mendekatkan
diri kepada Allah. Untuk itu peserta tarekat
memenjarakan hawa nafsu duniawi dan mengganti semua
tujuan ibadahnya untuk mencapai ridho Allah.
Targetnya muroqobah, yaitu dekat dengan Allah hingga tercabut
hijab antara makhluq dan kholiq", ujarnya. Inilah derajat
tertinggi dari tarekat.
Pada tingkatan muroqobah itu, manusia merasa dirinya
dekat dengan Allah. Saking dekatnya, seolah roh
Allah menyatu dalam diri manusia. Inilah yang sering
kali disebut al wihdatul wujud atau manunggaling
kawula gusti. Derajat tertinggi dari tarekat, terhubungnya
manusia dengan Tuhan saat berdzikir itu disebut fana.
Tarekat asuhan KH. Bastomi diikuti berbagai
kalangan. Mulai pedagang, pegawai, karyawan, para
eksukutif, hingga pengusaha. Jumlah jamaah perempuan
tiga kali lebih besar ketimbang jamaah laki-laki.
Silsilah ajaran Naqsabandy tersambung sampai Rosulullah
malalui syeh Abdul Qadir Jailani. Tarekat model Abdul Qodir
jaelani ini sudah dikenal sejak 1.300 tahun lampau. (Majalah
Gatra. hal : 69-71, edisi 30 September 2000 M )
d. Grand Wijaya
Berlokasi di daerah Melawi, Jakarta Selatan. Diasuh oleh Asep Usman Ismail MA, dengan jumlah pesrta mencapai 30 orang dari kalangan menengah keatas. Pendidikan mereka minimal sarjana, bahkan ada beberapa yang lulusan S-2 atau S-3. Mereka bekerja di sektor pemerintah atau usaha milik negara.
Banyak juga pensiunan.
Ada mantan Kepala Kantor Wilayah Bea Cukai, mantan Pejabat
Eselon II di depertemen Keuangan, dan mantan
Pengacara. Ibu rumah tangga juga tidak sedikit.
e. Jamaah Majlis Tasbih.
Bertempat di Jalan Gaharu I nomor 9, Cipete, Jakarta Selatan, tak kurang dari 100 jamaah berpakain putih (dilarang berpakaian merah) setiap malam memadati rumah berlantai dua milik Haji Bambang Widiarsono, 53 thn.
Mereka adalah Jamaah Majlis Tasbih, kelompok
tasawwuf yang tiap malam melakikan dzikir sehabis sholat
isya'. Khusus untuk malam jum'at, jamaah mencapai 300 orang.
Selain berdzikir, mereka juga melakukan sholat tasbih dua
rekaat.
Jamaah yang menjadi anggota majlis ini adalah
mereka yang pernah berkonsultasi untuk penyembuhan
penyakit yang di deritanya. Mereka mendapat terapi
penyembuhan melalui dzikir sehabis sholat isya'.
Lamanya dzikir tergantung tingakat masalah yang dihadapi
pasien" Ujar Bambang. Kalau yang ringan , cukup mengikuti
dzikir selama seminggu, sedangkan yang berat bisa sampai 40
hari" Ujarnya. Selagi berdoa dan berdzikir, mereka
dibimbing seorang imam.
f. Forum Kajian Tazkiyatun Nafs Universitas Indonesia (FKTN-UI)
Ini forum pengajian tersetruktur islam dengan pendekatan tasawwuf. Tujuannya, memberi pemahaman pengetahuan bertaubat, pengertian membersihkan hati dan jiwa, serta pengetahuan tentang jalan menuju Allah. Setelah mengikuti kajian, peserta diharapkan menjadi lebih sadar tentang dirinya dan tugasnya di dunia.
Forum ini tidak mengikat dan tidak mengarahkan
peserta kedalam jamaah apapun serta ordo tarekat
manapun", kata Herry Mardiyono, 26 tahun, seorang
pendiri FKTN-UI. Setelah materi pengajian selesai,
peserta di bebaskan berpencar mencari jalan masing-masing,
dengan harapan menjadi lebih tergugah untuk memperbaiki diri
dan memulai hidupnya dengan lebih islamy secara
menyeluruh.
g. Paramartha Internatiaonal Centre For Tashawwuf Studies (PICTS)
Bermarkas di Bandung, di Jalan Dago Pojok 37E/161B.
Bermarkas di Bandung, di Jalan Dago Pojok 37E/161B.
PICTS adalah satu divisi di bawah Yayasan Pendidikan
Paramartha, yang khusus bergerak dalam kajian
tasawwuf. Kazanah tasawwuf bertebaran di berbagai
pelosok dunia islam bak mutiara terpendam. Kekayaan
ini diangkat, ditelaah, dan diintegrasikan satu sama lain agar
membentuk kalung mtiara, yang bisa dinikmati dan didudukkan
dalam konteks islam yang semestinya. Itulah obsesi
PICTS.
Maka PICTS mencoba mengangkat khazanah tasawwuf
Indonesia ketataran internasional. Khazanah Bhagdadi
(Timur Tengah) yang selama ini mendominasi kajian
tasawwuf, dirasa semakin lengkap bila ditautkan
padanya berbagai mutiara lain yang selama ini terpinggirkan,
seperti halnya tasawwuf di Indonesia.
h. Serambi Suluk.
Di Makasar, Sulawesi Selatan, ada forum kajian Tasawwuf Makasar dengan nama kajian "Serambi Suluk". Menurut Imam Suhadi, mentor forum kajian itu, umumnya peserta yang memasuki forum kajian ini merasakan bahwa ajaran agama yang mereka peroleh terasa kering.
"mereka merasa kering dengan ritualitas-ritualitas
keagamaan yang merekatak mengerti visi dan tahapannya",
kata Imam kepada Zaenal Dalle dari Gatra, jumlah anggotanya
sekitar 30 orang.
Karena itu kajian serambi suluk mempunyai beberapa
tujuan, antara lain membuka wawasan dalam memandang
dien islam dalam perspektif tasawwuf, dan menuntun
para pencari jalan menuju Allah Ta'ala.
i. Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah (TQN).
Bila ditilik dari jumlah pengikutnya, tarekat terbesar di Indonesia adalah Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah. Tarekat inilah yang akhir-akhir ini kian menarik perhatian masyarakat Jakarta.
Bila ditilik dari jumlah pengikutnya, tarekat terbesar di Indonesia adalah Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah. Tarekat inilah yang akhir-akhir ini kian menarik perhatian masyarakat Jakarta.
Saat ini,
lokasi pembacaan manaqib (biografi Abdul Qadir Jaelani)
dan khataman TQN tak kurang dari 110 tempat di Jakarta.
Dalam semalam, minimal ada tiga tempat untuk
manaqiban dan khataman. Mereka dibimbing sekitar 30
mubaligh. Sesepuh TQN se-Jakarta dan sekitarnya
adalah KH Abdul Rasyid Effendy, 61 tahun. Jumlah
jamaah TQN se-Jakarta sekitar satu juta orang. Se Indonesia
sekitar tiga juta orang. Dalam tiap malam, manaqiban di Jakarta
kat Rosyidi kini diikuti 20-30 orang baru.
Pengikut TQN tidak hanya kelas atas, melainkan dari
semua lapisan, termasuk kelas bawah. Menurut ketua
Wilayah TQN Jakarta Utara, Maksum Saputra,
ikhwan-ikhwan(anggota) TQN diwilayahnya banyak dari
kalangan nelayan dan penjual ikan.
Di Ciputat, Jakarta
Selatan, antara lain diikuti pengusaha kerupuk dan kondektor
bus, disamping itu, banyak juga mantan mentri, artis,
pengusaha, dan pejabat tinggi negara yang bersidia di
baiat menjadi jamaah TQN.
Menurut Rosyid, yang sejak 1994 diangkat sebagai
wakil talqin (khalifah mursyidah) Abah Anom, masuk
TQN tidak sulit, cukup mengikuti acara manaqiban lalu
diberi pengarahan sekitar setengah jam, ditalqin
dzikir sekitar 5 menit, dan di baiat. Baiat berisi
janji setia pada Tuhan untuk menjalani amalan dalam TQN, amalan
itu intinya berisi dzikir dhohir dan khofi.
j. Pengajian Tarekat Akmaliyah.
Letaknya di Jawa Timur (Desa Wringin Anom, Kecamatan Tumpang, Malang) . Tarekat ini melanjutkan ajaran syaikh Siti Jenar, yang di populerkan Sultan Hadi Wijoyo (Joko Tingkir, Raja Pajang).
Tarekat Akmaliyah
menganut paham teologi pembebasan, bahwa setiap
manusia berhak bertemu Tuhannya. Tarekat ini tak mengangkat
mursyid sebagaimana tarekat lainnya, hanya ada semacam
koordinator, (dalam hal ini Kiai Ahmad, seorang
petani biasa adalah sebagai koordinatornya),
Lelakunya ringan, jumlah dzikirnya tak dibatasi
bilangan, disesuaikan dengan kemampuan dan waktu yang bebas.
Alumninya berjumlah ratusan, antara lain Drs. Agus
Sunyoto,MPd, 41 thn. Dosen SekolahTinggi Agama Islam
Negeri Malang ini bergabung dengan tarekat Akmaliyah
setahun lalu.
Tarekat ini tak mengenal pemondokan dan
pembaiatan. Setelah berdiskusi dengan kiai Ahmad
untuk meluruskan persepsi, jamaah bisa wiridan sendiri di rumahnya.
"Tarekat ini cocok untuk orang sibuk" ujar Agus. Menurut
dia tarekat Akmaliyah mampu menghubungkan manusia
kepada Roh Allah, akibatnya hidup jadi lebih ringan.
(lihat Majalah Gatra, hal 66-67 Edisi 30 September
2000 M)
Inilah sekilas tentang bentuk pengajian tasawwuf
atau tarekat yang berkembang di Indonesia, yang
sampai sekarang ini masih terus berkembang di negara
kita.
VII. PENUTUP.
Al
hamdulillah, penulisan makalah yang berjudul
"Perkembangan tasawwuf di Indonesia" ini bisa
tersusun, ini semua berkat pertolongan Allah dan
bantuan beberapa ikhwan yang ikut berusaha dalam
penyusunannya. Namun kami yakin bahwa makalah ini masih
sangat banyak kekurangannya, terutama dalam referensinya. Maka
saran dan kritik yang bisa meningkatkan mutu makalah ini
kami sangat harapkan dari para pembaca. Semoga
menjadi amal yang sholeh dan diridhoi Allah Ta'ala.
Amin.
DAFATAR PUSTAKA
1. Al Qur'an al karim
2. Majalah Gatra, 30 September 2000 M.
3. Majalah As Sunnah ,Edisi 17/Th.ke-2
4. Hartono Ahmad Jaiz, Tasawwuf Belitan Iblis, Cet. Ke-3 1422 H/2001 M, Darul Falah.
5. Koran Republika, 28 April 2001 M, nomor 110 tahun ke-9.
6. Al Jihad wal Ijtihad, Umar bin Mahmud abu Umar, Cet Pertama 1419 H/1999 M, Darul Bayariq.
Komentar