Tarekat Akmaliah Syekh Siti Jenar/Sunan Kajenar
TAREKAT
AKMALIYAH
Tarekat Syekh
Siti Jenar/Sunan Kajenar Bagi syekh siti jenar, bentuk lafadz istighfar,
shalawat,tasbih,tahlil dan semacamnya sebenarnya lafadz-lafadz yang menuntun
manusia untuk menempuh jalan menuju kemanunggalan.
sehingga kalimat-kalimat
tersebut tidaklah cukup hanya dijadikan ucapan penghias bibir belaka.
kalimat-kalimat tersebut hakikatnya adalah urat nadi perjalanan rohani manusia,
yang dapat menyelami kedalam samudera ma’rifat untuk mengenal dan mendekatinya,
kemudian menghampirinya untuk manunggal dalam keabadian. sehingga matra-matra
dari kalimat itu akan tetap terbawa dalam kesadaran kematian.
saat nyawa
kehidupan lepas dari tubuh, kesadaranya tetap mengiringinya dengan senyum
menuju haribaanya.
Jika anda
berhasrat kuat untuk mengikuti jalan kami maka yang wajib anda sadari
pertama-tama adalah kenyataan yang terkait dengan cara/thariq kami yang berbeda
pada umumya yang dianut manusia.
maksudnya, tarekat yang kami anut tidak
mengenal adanya pir atau mursyid. karena yang disebut pir atau mursyid, menurut
cara kami berada dalam diri manusia sendiri.sementara keberadaan guru hanya
terbatas sebagai petunjuk untuk menuntun langkah awal seorang salik dalam guru
sejati.
Dengan
penjelasan ini hendaknya anda pahami bahwa pada cara kami tidak mengenal adanya
wasilah maupun rabithah yang berwujud manusia. satu-satunya wasilah dan
rabhitah adalah nur muhammad, yang ada didalam diri manusia.
lewat nur muhammad
itulah manusia akan tercapai sumber segala sumber. Anda boleh menamai cara ini
sesuka hati anda, namun hendaknya anda ketahui bahwa Nabi Muhammad al-Musthafa
SAW telah mewariskan dua cara kepada manusia.
Cara yang
pertama adalah tarekat Al-akmaliyah yang diwariskan lewat hadrat Ali bin Abu
Thalib. tarekat yang akan anda pelajari dari syekh siti jenar adalah tarekat al
akmaliyah. “sebagaimana yang telah kujelaskan sebelumnya bahwa pertama-tama
tarekat al akmaliyah tidak mengenal pir atau mursyid dalam wujud manusia karena
pada hakikatnya sudah ada pada diri tiap manusia.
Kedua pir
atau mursyid didalam diri manusia itulah yang disebut nur muhammad, yang akan
menjadi penuntun sang salik di dalam menuju dia. karena itu, tarekat
al-akmaliyah tidak mengenal wasilah dan rabithah dalam bentuk manusia. Wasilah
dan rabithah dalam tarekat al-akmaliyah tidak dikenal adanya silsilah pir atau
mursyid berdasar asas keturunan.
Ketiga, para
salik yang berjalan melewati tarekat al-akmaliyah wajib berkeyakinan bahwa
segala sesuatu termasuk tarekat ini adalah milik Allah. itu berarti, keberadaan
tarekat beserta seluruh pengikutnya adalah semata-mata karena kehendak Allah.
dengan demikian, para pengikut tarekat ini hendaknya tidak membanggakan diri
sebagai pendiri atau penguasa tarekat.
Anda tentu
pernah mendengar kisah syaikh hussein bin mansyur al hallaj yang dihukum
cincang dan mayatnya di bakar oleh al-muqtadir? dia adalah pengamal ajaran
tarekat al-akmaliyah.
Namun, murid-muridnya kemudian mendirikan tarekat
hallajiyah. itu boleh dan sah-sah saja, walaupun akhirnya Hallajiyah tenggelam
karena pengikut-pengikutnya membentuk lembaga baru dengan susunan hirarki
kepemimpinan rohani atas dasar seorang manusia. sementara tarekat al-akmaliyah
tetap lestaari hingga sekarang.
Antara
Tarekat Al-akmaliyah dan Tarekat Al-anfusiyah hakikatnya sama, hanya nama saja
yang berbeda. karena, Akmaliyah berasal dari Al-kamal, yakni pengejawentahan
dari al-kamal yang dibentuk oleh al-jalal dan al-jamal.
Al-kamal
itulah adam ma’rifat yang kepadanya ditiupkan ruh al-haqq dimana tersembunyi
al-haqq. Al-kamal atau adam ma’rifat itulah yang disebut al-insan al-kamil. Sementara
itu, Anfusiyah berasal dari al-anfus, an-nafs al-wahidah, yakni pengejawentahan
an-nafs al-illahiyyah. an-nafs al-wahidah itulah adam ma’rifat yang kepadanya
ditiupkan roh-nya, yakni roh al-haqq di mana tersembunyi al-haqq. an-nafs
al-wahidah atau adam ma’rifat itulah yang disebut al-insan al-kamil.
Semua
tarekat itu benar, hanya nama dan cara-nya saja yang berbeda. justru cara itu
menjadi salah dan sesat ketika sang salik menilai terlalu tinggi cara yang di
ikutinya hingga menafikan cara yang lain. sebab, dengan itu sebenarnya sang
salik memuliakan dan mengagungkan dan membenarkan keakuanya yang kerdil.
berarti sang salik pada saat itu telah merampas hak Allah.
Karena
kemuliaan, keagungan, dan kebenaran hanyalah miliknya. itulah sebabnya, dalil
awal yang wajin dipatuhi oeleh seorang salik Akmaliyah adalah meyakini jalan
lurus/sabil huda yang digelar oleh Allah kepada hamba-hamba yang mencarinya
tidaklah tunggal/ wa al-ladzina jahadu fina lanahdiyannahum subulan.
Hal yang
paling penting anda pahami lagi adalah Tarekat al-akmaliyah ini hanyalah suatu
cara untuk melewati jalan lurus. jadi jangan beranggapan bahwa cara ini adalah
segala-galanya.
artinya jangan menganggap bahwa siapa saja yang mengamalkan
cara ini dan mengikuti jalan lurus yang ada di dalamnya pasti akan selamat
sampai kepadanya. sebab keputusan terakhir ada di tangan-Nya juga. artinya
sangat terbuka kemungkinan pengamal cara ini justru akan tersesat jalan, jika
Dia menghendaki demikian.
Adapun
sebagai pedoman untuk melintasi jalan lurus dengan cara Akmaliyah, dapat saya
jelaskan sbb: pertama-tama yang harus anda pahami bahwa Allah tujuan akhir
kita, adalah tidak bisa dibanding-bandingkan dengan sesuatu bentuk apapun/
laisa kamitslihi syaiun.
karena itu merupakan suatu keharusan fundamental bahwa
untuk menuju dia, seorang salik harus mengarahkan kiblatnya seperti daud dan
sulaiman, namun kiblat hati dan pikiran tetap hanya mengarah kepadan-Nya.
Hendaklah
anda sadari bahwa perjalanan menuju Dia, subhanahu wa ta’ala, bukanlah
perjalanan ajaib yang langsung secara gampang dalam tempo satu hari atau satu
pekan.
perjalanan menuju Dia sangatlah sulit dan penuh jebakan. karena harus
melampui tujuh rintangan besar, yaitu tujuh lembah kasal, tujuh gunung riya’,
tujuh rimba sum;ah, tujuh samudera ‘jub, tujuh benteng hajbun.
Semua rintangan
itu berjumlah tujuh, karena kita adalah makhluk yang hidup di atas permukaan
bumi, Allah membentangkan tujuh lapis langit yang kokoh di atas kita
/Qs.an-Naba’78:12 sebagaimana bumipun berlapis tujuh /Qs.ath-Thalaq 86:12 dan
samuderapun berlapis tujuh /Qs. Luqman 31:27.
bahkan neraka bertingkat tujuh
/Qs. al-Hijr 15:44. tidaklah anda ketahui bahwa surgapun berlapis tujuh.
Tidaklah anda ketahui bahwa dalam beribadah kepada-Nya manusia telah diberi
piranti tujuh ayat yang diulang-ulang dari Al-Qur’an/Qs. al-Hijr 44:87 untuk
berhubungan dengan-Nya?(Qs. al-Hijr 15:87).
Tidaklah anda sadari bahwa saat
anda sujud maka tujuh anggota badan anda yang menjadi tumpuan??” Namun,
diantara tujuh hal yang terkait dengan alam semesta ini, yang paling penting
anda sadari adalah tujuh lapis hal yang berhubungan dengan keberadaan manusia
yang di beri tujuh tahap usia, yakni radhi, fathim, shabiy, ghulam, syabb,
kuhl, dan syaikh; yang berkait dengan tujuh nafsu manusia,
yakni musawwilah, hayawaniyah,
ammarah, iwwammah, mulhamah, muthma’inah, dan wahidah. sebab dengan menyadari
adanya tujuh nafsu manusia maka anda akan memahami adanya TUJUH MARTABAT yang
wajib anda lampui untk menuju kepadan-Nya.
dan sekali lagi ingat-ingatlah bahwa
perjalan rohani bukan perjalanan ajaib yang bisa tercapai dalam waktu singkat.
Rasulullah
sendiri membutuhkan waktu lima belas tahun berkhalwat untuk mencapai tahap
bertemu jibri AS di gua hira. dan perjalanan itu masih beliau laksanakan dengan
tekun dan istiqomah hingga beliau mengalami isra’mi’raj: menghadap ke hadirat
al-khaliq.”””
Terdapat hubungan sekaligus perbedaan pelaksanaan antara tarekat
akmaliyah dengan tarekat syatariyah. tarekat al-akmaliyah untuk dirimu pribadi,
sedang tarekat syatariyah untuk engkau ajarkan khalayak ramai. wajib engkau
ingat-ingat bahwa apa yang disebut tarekat itu pada dasarnya memiliki hakikat
tujuan yang sama, meski nama dan caranya seolah-olah berbeda. itu sebabnya ,
jika engkau teliti benar keberadaan semua tarekat maka akan engkau dapati jalan
lurus dan cara yang mirip satu dengan yang lain.
di dalam beberpa tarekat
misalnya, akan engkau dapati pemaknaan inti dari hakikat istighfar, salawat,
tahlil dan nafs al-haqq yang sering di pilah-pilah sebagai dzikir jahr dan
dzikir sirri. semua tarekat pasti mengajarkan istighfa, salawat, tahlil dan
nafs al-haqq.
Semua
tarekat pasti mengajarkan rahasia Muhammad sebagai pintu dan kunci untuk
membuka hijabnya. Ada penjelasan mengapa tidak tarekat al-akmaliyah saja yang
disebar luaskan kepada khalayak ramai? bukankah hal itu lebih afdol dibanding
mengajarkan tarekat asy-syatariyah?ketahuilah,o salik, bahwa tarekat
al-akmaliyah sejak semula memang tidak untuk diajarkan kepada khalayak ramai.
tidakkah engkau ketahui kisah syaikh abu al-mughits al-husain bin mansyur bin
muhammad al-baidhawi al-hallaj yang menimbulkan kekacauan ketika mengungkapkan
pandangan dan pahamnya kepada khalayak ramai?
Tidakkah semua orang saat itu
tidak mampu memahami ucapan-ucapanya? Tidakkah hanya kesalah pahaman yang justru
ditimbulkanya?”””” Ketahuilah salik, bahwa yang menjadi dasar tarekat
al-akmaliyah adalah kembali kepada Allah subhanahu wata’ala, Tuhan, pencipta
yang tak bisa di bayangkan dan tidak pula bisa dibandingkan dengan sesuatu.
Singkatnya
dasar utama dari tarekat al-akmaliyah adalah perjalanan kembali ke asal. inna
li Allahi wa inna ilaihi raji’un! kembali kepada yang maha ghaib. maha kosong.
maha tak terbandingkan.
Bagaimana
engkau menjelaskan khalayak ramai tentang dia/ huwa yang tak bisa digambarkan
dan dibayangkan serta takterbandingkan? bagaimana cara engkau meminta khalayajk
ramai untuk mengikuti jalanmu jika engkau tak bisa menjelaskan kepada mereka
tentang kenikmatan, kelezatan,
keindahan, kemuliaan, dan keagungan yang bakal
engkau capai? bagaimana bisa engkau menyadarkan khalayak ramai tidaklah kembali
kesurga yang penuh kenikmatan dan kelezatan, melainkan kembali kepada dia yang
tak bisa digambarkan??”
Dengan
uraian ini bukan berarti aku menempatkan tarekat al-akmaliyahsebagai tarekat
yang khusus, apalagi lebih tinggi nilainya dari pada tarekat syatariyah.
sekali-kali tidak demikian. sepengetahuanku, tarekat al-akmaliyah memang tidak
pernah diajarkan secara terbuka, kecuali pada masa husein bin mansyur bin
Muhammad al-baidhawi al-hallaj. entah jika suatu saat nanti Allah
menghendaki-Nya..”””
Menurut
pemahaman tarekat al-akmaliyah, dalam perjalanan rohani menuju Dia pada
hakikatnya terdapat empat tahapan 1.perjalanan al-insan menuju al-haqq/as-safar
min al-haqq.2.perjalanan kembali dari al-haqq/ as-safar fi al-haqq.3.perjalanan
kembali dari al-haqq menuju al-insan bersama al-haqq/as-safar min al-haqq ila
al-insan bi al-haqq.4.perjalanan al-insani di tengah ciptaan bersama
al-haqq/safar al-insan fi al-khalq bi al-haqq.
Dengan
uraian ini, o salik, jangan sekali-kali engkau bertanya soal manfaat dan
kegunaan. sebab, jelas pada paham ini bahwa barang siapa yang di dalam
perjalanannya telah sampai kepada al-haqq maka dia akan kehilangan keakuannya
yang kerdil dan sempit. itu berarti, dia tidak akan berbicara tentang manfaat,
keuntungan, kenikmatan, kelezatan dan kemuliaan menurut akal pikiran dan hasrat
hatinya. artinya, dia yang telah sampai akan berada pada tingkatan tertinggi
dari kepasrahan kepada-Nya. wama tasya’uma illa an yasya-a Allahu rabbu
al-’alamin”” /QS al-taqwir 81:29
itulah penjelasan sang guru sunan kejenar
mengenai tarekat dan perjalan yang beliau capai hingga puncaknya dan juga hasil
diskusi para guru yang memang benar-benar telah merasakan benar akan arti
kebenaran itu sendiri.
Komentar