Caleg Gagal akan Penuhi RS Jiwa

Opini


Oleh : Dr. Andri,psikiater


Kepri Times - Saya sebagai seorang psikiater sangat tertarik dengan berita di harian Kompas hari Selasa, 17 Maret 2009. Di sana dikatakan oleh Ketua Kelompok Kerja Calon Legislator KPU DKI Jakarta, Bapak Sumarno bahwa usai pemilu nanti penghuni RS Jiwa akan bertambah akibat kegagalan menjadi wakil rakyat. Hal ini disebabkan karena begitu banyak uang yang sudah dikeluarkan pada masa kampanye ini.

Saya rasa pendapat itu ada benarnya walau agak berlebihan. Kita tahu bahwa gangguan jiwa itu sangatlah beragam dari yang paling berat sampai yang paling ringan. Kebanyakan seorang yang dirawat di RS Jiwa adalah pasien jiwa yang mempunyai gejala yang berat sehingga memerlukan perawatan yang lebih intensif. Rasanya kalau sampai ada caleg yang stres dan sampai dirawat di rumah sakit jiwa mungkin hal ini merupakan pemberitaan yang menarik pasca pemilu nanti. Semunya tergantung bagaiamana mekanisme adaptasi dari caleg yang gagal itu.

Namun benar adanya apa yang dikatakan bapak Sumarno bahwa kegagalan dan kehilangan, dalam hal ini kesempatan menjadi wakil rakyat dapat menimbulkan tekanan yang berkepanjangan dan dapat mengarah ke gangguan depresi ataupun kecemasan. Hanya saja mungkin sebagian akan lebih memillih berdiam diri saja atau hanya berkunjung ke pemuka agama untuk mencari ketenangan batin. Kita mengethaui stigma atau pendapat negatif masyarakat tentang gangguan jiwa.

Kebanyakan masyarakat kita selalu menganggap bahwa orang yang berkunjung ke psikiater atau dokter jiwa itu adalah orang dengan gangguan jiwa berat atau lebih sering disebut Gila. Padahal kenyataan tidak lah demikian. WHO sendiri memprediksikan bahwa tahun 2020 bahwa beban paling besar masyarakat di negara maju adalah gangguan depresi.

Hal ini juga disebabkan karena ketika orang tersebut menderita Depresi maka dia akan kehilangan produktifitasnya disebabkan gejala depresi yang biasanya membuat orang tersebut malas beraktifitas dan berpikiran negatif.

Ungkapan bapak Sumarno saya kira mengisyaratkan bahwa tekanan mental yang diterima sebagai caleg sangatlah berat. Hitung-hitungan pengeluaran dan pendapatan yang akan diterima nanti rasanya semakin memusinngkan kepala. Lebih pusing lagi jika harapan menjadi anggota legislatif hilang padahal sudah banyak mengeluarkan modal dan tenaga untuk mengkampanyekan diri.

Maka dari itu kita mengharapkan Caleg lebih mawas diri dalam pengeluaran pembiayaannya. Caleg juga harus lebih sadar bahwa untuk menjadi caleg memang diperlukan biaya yang tinggi. Hal itulah yang terkadang membuat seringkali nanti setelah menjadi anggota legislatif, godaan untuk mencapai break event point selalu teriang-iang di telinga. Semoga tidak demikian yang terjadi nanti.
Untuk Caleg 2009 saya ucapkan Selamat berjuang dan tetap sehat jiwa. (*)

* Penulis adalah psikiater Klinik Psikosomatik RS Omni Internasional Alam Sutera, dosen kesehatan jiwa FK UKRIDA, Anggota The Academy of Psychosomatic Medicine dan penulis artikel kesehatan di surat kabar ibukota

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cikunggunya menyerang warga natuna

Turis Kunjungi Sejumlah Wisata Anambas

Avatar yg dapat menguasai ke-4 elemen & membawa 'keseimbangan' dunia