Penggarapan Natuna Butuh Teknologi Tinggi

Herdaru PurnomoHerdaru Purnomo - detikFinance


(Foto: Reuters)
Jakarta - Siapa pun perusahaan yang nantinya bakal jadi tandem Pertamina dalam pengelolaan blok Natuna D-Alpha diharapkan menguasai persis teknologi tinggi, khususnya untuk melakukan pengelolaan karbon dioksida (CO2). Delapan perusahaan asing sedang bersaing keras.

"Perusahaan apapun yang nantinya bersama dengan Pertamina mengelola Natuna D-Alpha harus menguasai teknologi pemisahan zat CO2," ujar pengamat perminyakan Kurtubi ketika dihubungi detikFinance di Jakarta, Minggu (15/3/2009).

Kurtubi mengatakan bahwa Natuna memiliki kandungan gas CO2 yang sangat tinggi, mencapai 70%. Oleh sebab itu, Kurtubi menekankan pentingnya penguasaan teknologi yang terbukti mampu dalam penggarapan blok Natuna.

"Perusahaan tersebut harus sudah terbukti dapat mengolah gas CO2 tersebut, karena tidak mudah, bukan hanya baru percobaan di laboratorium namun sudah dipraktekkan dan hasilnya dapat dibuktikan," paparnya.

Natuna D-Alpha memiliki kandungan total gas sebesar 6,28 triliun m3, 71% merupakan gas CO2. Sisanya, 28% gas alam (metana dan hidrokarbon berat), 0.5% belerang, dan 0.5% nitrogen.

Nantinya, lanjut Kurtubi, penyesuaian kontrak harus jelas, Pertamina harus menjadi komando dalam kerjasama ini, serta perusahaan yang nantinya menjadi tandem Pertamina harus jelas bahwa tehnologi yang digunakannya harus aman.

Pemerintah menunjuk ExxonMobil sebelumnya sebagai pengelola utama. Namun, sejak tahun 2005, perjanjian itu telah putus. Blok Natuna secara resmi diserahkan pemerintah ke Pertamina pada 19 Februari 2008.

Sejauh ini ada delapan perusahaan yang dinilai layak, yakni ExxonMobil, Shell, Chevron, Total, Statoil, Eni, CNPC, dan Petronas.

"Dari kedelapan perusahaan itu pastinya sudah ada dan mampu menjadi tandem Pertamina seperti Shell mungkin," pungkasnya.

Pertamina menyatakan akan mempercepat pengembangan Blok Natuna D Alpha setelah resmi ditunjuk pemerintah mengelola blok yang diperkirakan memiliki cadangan gas cukup besar tersebut.

Pertamina yang telah ditunjuk pemerintah untuk menjadi lead operator di Natuna D-Alpha saat ini sedang melakukan beauty contest, untuk menyeleksi calon mitranya dalam mengelola Natuna D-Alpha. Kurtubi menyarankan pemerintah memilih perusahaan yang sudah terbukti mengolah Natuna.

Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan pemerintah akan mencegah intervensi apapun supaya tidak terjadi conflict of interest dalam menentukan mitra pertamina. Menurut presiden setidaknya ada tiga syarat yang harus dipenuhi mitra Pertamina, yakni memiliki kemampuan financial, memiliki kredibilitas tehnologi, serta berpengalaman menjalankan usaha di Indonesia .

Sebelumnya, Wapres Jusuf Kalla tampak memberikan sinyal untuk memberikan pengelolaan Blok Natuna D-Alpha kepada Shell, dengan syarat Shell setuju untuk memindahkan kilangnya dari Singapura ke Indonesia. Kalla mengatakan Shell merupakan salah satu dari empat perusahaan minyak internasional yang akan menjadi mitra Pertamina.

Direktur Utama Pertamina, Karen Agusetiawan menerangkan pihaknya sedang mengkaji delapan kandidat pengelolaan Blok Natuna. “Kami sedang mengkaji bersama-sama dengan Pemerintah tentang masalah term and condition,” ujar Karen.(drudru/dro)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cikunggunya menyerang warga natuna

Turis Kunjungi Sejumlah Wisata Anambas

Avatar yg dapat menguasai ke-4 elemen & membawa 'keseimbangan' dunia