Wisata Bahari dan Kesejahteraan Rakyat Pesisir


laporan:Riky rinovsky
Natuna kepri Times-Kabupaten Natuna memiliki kekayaan dan keragaman sumberdaya perikanan dan kelautan, seperti potensi perikanan sebesar 1.197.520 ton (Dinas Kelautan Perikanan Kabupaten Natuna, 2005). Disamping itu hasil interpretasi Citra Landsat TM 7 tahun 2000 diketahui bahwa luas Fringging Reef 82.138 ha, Patch reef 65.380 ha, atol; 2.140 ha dan mangrove 2.127 ha. Sementara itu berdasarkan interpretasi Citra Landsat tahun 2002 (Laporan Potensi Sumberdaya Peisisir dan Pulau-Pulau Kecil) diperoleh luas dan sebaran terumbu karang di Kabupaten Natuna 318.292 km2. Juga terdapat potensi 272 buah pulau-pulau kecil yang bisa dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan. Namun potensi yang sangat besar ini belum mampu memberikan konstribusi berarti bagi masyarakat pesisir khususnya nelayan lokal

Potensi wisata bahari tersebut dapat dijual kepada wisatawan untuk dinikmati keindahannya. Para wisatawan tidak semata-mata disuguhi pertunjukan tari-tarian dan acara kebudayaan penduduk setempat, tetapi keindahan alam yang mempesona mempunyai daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Hal ini dapat menarik minat mereka untuk tinggal lebih lama dan lebih banyak membelanjakan uangnya. Jika kondisi dapat terwujud, maka kegiatan wisata bahari disuatu suatu lokasi tertentu dapat meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.

United Nations World Tourism Oganization (UNWTO/Organisasi Pengelola Pariwisata Dunia) telah memprediksikan akan terjadi penurunan kunjungan wisatawan duna sebesar dua persen pada tahun 2009 ini. Perkiraan tersebut muncul dilandasi masih belum pulihnya perekonomian dunia akibat krisis keuangan dunia. Kondisi tersebut tentunya menjadikan negara-negara yang selama ini menjadi destinasi wisata dunia untuk berbenah dan semakin menata pariwisatanya agar lebih menarik wisatawan asing berkunjung ke daerahnya. Tingkat ‘kompetisi’ bisnis wisata dunia tentu akan semakin sengit, dan karenanya butuh sebuah blue print parisata nasional yang baik dan lebih menonjolkan ke-Indonesia-annya.

Wisata bahari di Indonesia seharusnya sudah bisa tumbuh lebih hebat dari sekarang ini. Apalagi dengan kekayaan alam yang begitu melimpah ruah dan masih asri dan jarang ditemui di belahan dunia lain menjadikan Indonesia sebagai tempat tujuan wisata favorit dunia. Dengan 17.508 pulau yang tersebar di seluruh Nusantara, potensi sektor wisata demikian terbuka lebar. Negeri ini juga dikenal memiliki panjang pantai nomor dua di dunia setelah Kanada. Panjang garis pantai Indonesia sekitar 81 ribu kilometer. Tak jarang pantai tersebut menyajikan pemandangan pasir putih yang masih asri ditambah hamparan birunya laut dan juga eksotiknya pemandangan flora-fauna sekitarnya. Indonesia juga dikenal mempunyai keanekaragaman hayati yang tidak dimiliki oleh negara lain di dunia. Hal ini tentunya merupakan kekayaan tersendiri dan menjadi daya tarik bagi wisatawan asing yang akan berkunjung ke Indonesia. Potensi wisata bahari Indonesia terdiri dari taman nasional laut, taman wisata laut, suaka alam laut, suaka margasatwa laut, dan situs tinggalan budaya bawah air yang tersebar di wilayah seluas 5,6 juta hektar di seluruh Indonesia.

Dengan potensi ini diharapkan bisa menjadi keunggulan tersendiri bagi negeri ini untuk mengatasi kelesuan ataupun penurunan kunjungan wisata dunia seperti yang diprediksikan UNWTO. Potensi Segitiga Terumbu Karang Seperti yang diungkapkan majalah ini edisi sebelumnya, selain WOC yang melahirkan Manado Ocean Declaration (MOD), dunia juga berharap pada CTI Summit yang juga menghasilkan CTI Leader Declaration dan CTI Regional Plan of Action. Keduanya diperuntukkan agar segitiga terumbu karang yang melewati enam negara (Indonesia, Malaysia, Filipina, Papua New Guinea, Kepulauan Solomon, dan Timor Leste) bisa lestari. Segitiga terumbu karang terluas di dunia itu merupakan aset penting yang harus dilestarikan. Segitiga terumbu karang yang kerap disebut dengan “The Amazon of The Seas” yang memiliki luas sekitar 75.000 kilometer persegi itu merupakan terdapat sekitar 500 jenis terumbu karang. Di sana juga tempat berlindung sekitar 3000 spesies ikan dengan perputaran ekonomi sebesar 2,3 miliar dolar Amerika Serikat (AS) per tahun. Terumbu karang yang begitu hebat potensinya tersebut terancam oleh penangkapan ikan yang tidak bertanggung jawab. Diantara nelayan ada yang menangkap ikan dengan menggunakan bahan peledak maupun racun potassium-sianida yang bersifat destruktif.

Berdasarkan laporan Direktorat Jenderal Pesisir, Pantai, dan Pulau-pulau Kecil Departemen Kelautan dan Perikanan dapat digambarkan bahwa kondisi riil terumbu karang Indonesia saat ini 41,78 persen kondisinya rusak, 28,30 persen sedang, dan 23,72 persen baik. Kondisi sangat baik hanya sekitar 6,20 persen saja. Kerugian akibat rusaknya terumbu karang sekitar 100 ribu dolar per kilometer perseginya selama 20 tahun. Indonesia diprediksikan telah mengalami kerugian sekitar 8,5 miliar dolar AS karena terumbu karangnya rusak. Pelestarian terumbu karang yang diinisiatifi Indonesia ini juga didukung negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Australia. Mereka juga mendukung secara finansial. Kedua negara tersebut berkomitmen untuk mendanai sebesar 280 juta dolar Amerika Serikat. Pendanaan ini berpotensi akan bertambah lagi. Keenam negara yang masuk dalam segitiga terumbu karang terbesar itu pun juga memiliki semangat yang sama. Mereka berusaha untuk melestarikannya karena sebagian besar penduduk mereka tergantung pada kelestarian terumbu karang itu.

Di samping itu, terumbu karang juga disebut-sebut sebagai penyedia pangan juga. Dengan demikian harapan laut sebagai salah satu elemen ketahanan pangan bisa tercapai di sini. Bagi penduduk pesisir, kelestarian terumbu karang akan begitu membantu mereka dalam kegiatan ekonomi sehari-hari. Mereka bisa memperoleh ikan maupun membudidayakan ikan dan komoditi laut lain yang ramah terhadap terumbu karang. Misalnya saja budidaya rumput laut. Secara perekonomian, kegiatan budidaya ini begitu menguntungkan bagi masyarakat pesisir. Selain itu, terumbu karang yang terjaga kelestariannya akan menjadikan spesies ikan maupun hewan langka lainnya tetap terjaga. Tidak hanya itu, keindahan alam bawah laut akan menjadikan daya tarik tersendiri bagi wisatawan.

Destinasi wisata bahari pun diproyeksikan akan mengalami peningkatan jumlah tempatnya. Artinya, daerah-daerah yang selama ini masih belum dipandang sebagai tujuan wisata bahari ke depan setelah ada pembangunan sarana dan prasarana serta terjaganya ekosistem laut termasuk terumbu karangnya menjadikan daerah itu masuk menjadi destinasi wisata. Penduduk pesisir akhirnya bisa merasakan manfaat ekonomi ketika daerahnya menjadi tujuan wisata. Mereka bisa menjadi diving guide (pemandu wisata selam) maupun menyediakan penginapan dan cendera mata khas daerahnya. Secara ekonomi tentunya ini akan sangat membantu mereka. Belum lagi program pemerintah untuk mendukung perekonomian mereka. Sebagaimana pernah diinformasikan di majalah ini edisi sebelumnya, pemerintah terus berupaya untuk menyejahterakan masyarakat pesisir. Setelah program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) yang diluncurkan Departemen Kelautan dan Perikanan, beberapa waktu lalu pemerintah kembali meluncurkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri) Kelautan dan Perikanan. Program ini diharapkan bisa membantu perekonomian masyarakat pesisir dan menyejahterakan mereka. Nah, tentunya program-program tersebut saling melengkapi dari program-program lainnya yang terlebih dahulu ada. Di samping itu bila dampak WOC dan CTI Summit 2009 bisa benar-benar dirasakan masyarakat pesisir tentunya mereka akan lebih sejahtera lagi. Secara nasional, program pengembangan pariwisata bahari di Indonesia pun akan semakin baik lagi dan devisa nasional dari sektor pariwisata akan semakin meningkat lagi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cikunggunya menyerang warga natuna

Turis Kunjungi Sejumlah Wisata Anambas

Avatar yg dapat menguasai ke-4 elemen & membawa 'keseimbangan' dunia