PrabowoSubianto:"Api Kita Lawan Air"





MENYIKAPI perkembangan ekonomi terkini, dengan ini saya ingatkan kepada seluruh kader Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) untuk tidak berkampanye dengan kebencian, dengki, dan dengan ciri-ciri manusia yang lemah lainnya.

Mari kita gali kekuatan yang tangguh dan jiwa yang besar. Mikul duwur mendem jero. Tanam yang tidak baik, angkatlah yang baik. Jangan menghardik, jangan menghina, dan jangan menjelekkan orang lain. Kondisi yang kita alami sekarang adalah kesalahan kita semua.

Api harus kita lawan dengan air. Sekarang adalah waktunya bagi kita untuk semakin fokus meningkatkan pelayanan kita kepada masyarakat yang membutuhkan. Misalkan, keberadaan 270 unit ambulans Gerindra dan relawan KESIRA kita harus semakin gencar kita sosialisasikan agar rakyat yang membutuhkan dapat memanfaatkan.

Saudara-saudara, sekarang adalah juga waktunya bagi kita untuk memastikan koreksi haluan ekonomi Indonesia dapat dilaksanakan melalui Pemilu 2014. Kita harus pastikan semua putera puteri bangsa yang memiliki pemahaman akan kondisi bangsa kita sudah terdaftar di daftar pemilih. Kita juga harus terus pastikan tidak ada pemilih ganda dan pemilih abal-abal di daftar pemilih Pemilu 2014.

Terakhir, saya mengajak saudara-saudara kader Partai Gerindra untuk yakin bahwa sebagian besar rakyat Indonesia sudah satu frekuensi dengan kita. Saudara tentu mengetahui, sudah 10 tahun lebih saya berkeliling Indonesia, mengatakan dalam berbagai kesempatan jika sistim ekonomi yang kita jalankan sekarang ini keliru.

Sebagian besar rakyat sudah tahu. Sebagian besar rakyat sudah paham. Saudara dapat rasakan, sebagian besar rakyat ingin ekonomi kerakyatan. Pesan-pesan kita sudah tersampaikan dan meresap di semua golongan masyarakat.

Saudara tentu juga masih ingat, pernah dalam perjalanan saya, dalam perjalanan kita mengungkapkan fakta-fakta ini, dalam mengungkapkan pandangan kita, kita diserang, kita diejek, kita dipandang sebelah mata, kita dikatakan tidak mengerti apa-apa tentang ekonomi.

Bahkan pernah ada seorang ekonom senior yang pernah mengejek ekonomi kerakyatan di depan saya. Beliau mengatakan, belum pernah menemukan istilah ekonomi kerakyatan di literatur. Pada saat itu kita hanya tersenyum, karena hal itu berarti beliau belum pernah membaca tulisan Bung Karno, Bung Hatta, Bung Syahrir, Prof Soemitro dan Prof Mubyarto mengenai ekonomi kerakyatan.


Seperti saudara ketahui, beberapa waktu lalu di Yunani, di Amerika Serikat, dan berbagai negara lain terbukti apa yang saya katakan, yang kita kampanyekan dibenarkan oleh sejarah. Sistim ekonomi neoliberal, sistim ekonomi yang terlampau bebas, gagal membawa kesejahteraan dan keadilan sosial - bahkan di negara asalnya, dan bagi rakyatnya sendiri.


Sebagian besar rakyat sudah tahu sebagian kelompok elite bangsa kita telah terbiasa membiarkan kebocoran anggaran negara dan membiarkan kebocoran kekayaan-kekayaan bangsa. Rakyat sudah tahu sebagian pimpinan politik kita telah asik melanggengkan kekuasaan, dan tidak dengan sungguh-sungguh membangun kekuatan ekonomi bangsa Indonesia.


Sebagian besar rakyat sudah tahu, sebagian elite cendikiawan, tokoh kampus dan akademisi memilih diam daripada membela kebenaran dan membela rakyat (tidak mau tahu, pura-pura tidak tahu, tidak mau cari tahu, dan tidak ada usaha untuk mencari tahu apalagi untuk berpihak kepada kebenaran).

Sebagian besar rakyat sudah tahu saat ini demokrasi kita sedang dibajak dan sedang dirusak oleh iklim kleptokrasi, oleh berkuasanya maling-maling sebagai pejabat negara. Kita negara besar, terbesar keempat dalam jumlah penduduk, ke-16 dalam besaran ekonomi, yang merasakan angka pertumbuhan ekonomi 6 sekian persen. Semua ini angka-angka yang mengagumkan, tetapi nyatanya kita besar karena bangsa lain melirik kita untuk mengambil sumber alam kita dan pangsa pasar kita yang besar.


Sebagian besar rakyat Indonesia tentu sadar, setelah 68 tahun merdeka kita belum memiliki mobil buatan Indonesia. Motor buatan Indonesia. Televisi buatan Indonesia. Bahkan sekarang ikan asin saja kita impor. Ikan teri kita impor. Batik juga sudah mulai kita impor besar besaran.


Namun jika sahabat menemukan ada yang belum paham, belum satu frekuensi dengan kita, maka saya minta saudara untuk mari kita yakinkan mereka, teman-teman kita, saudara-saudara kita dengan tenang, dengan rasional, dengan jernih.


Kita harus berusaha untuk meyakinkan 100 persen rakyat Indonesia. Berkampanyelah secara gerilya dengan fakta dan angka. Sekali lagi, jangan kita menghardik orang lain. Jangan menghina orang lain. Jangan kita menjelekkan orang lain.


Mari kita sadarkan seluruh warga negara, kita harus berkaca kepada diri kita sendiri. Justru kita harus mawas diri, instrokspeksi, instropeksi dan instrokspeksi. Kita harus berani melihat kelemahan kita, penyakit-penyakit yang ada di badan kita, baru kita bisa kuat, baru kita bisa bangkit.


Saya percaya, pemimpin yang benar di Indonesia, adalah pemimpin yang berani mengatakan secara jujur kepada rakyatnya: "Hai rakyatku, ini adalah keadaan kita". 

Pemimpin yang selalu memberikan kata-kata manis atau dengan menghardik dan menyalahkan orang lain, dengan harapan rakyat terbuai bukanlah pemimpin yang benar. ***

Prabowo Subianto, Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cikunggunya menyerang warga natuna

Turis Kunjungi Sejumlah Wisata Anambas

Avatar yg dapat menguasai ke-4 elemen & membawa 'keseimbangan' dunia